TERNATE – Dalam seminar bertajuk Menghadapi Dunia Kerja yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU), Marwan Polosiri tampil sebagai narasumber utama. Seminar ini menjadi momen penting dalam membedah tantangan sekaligus peluang dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di Provinsi Maluku Utara, terutama dalam menghadapi era industrialisasi dan digitalisasi yang semakin kompetitif.
Strategi Perencanaan Tenaga Kerja
Marwan menyoroti pentingnya perencanaan tenaga kerja yang terarah dan tepat sasaran. Program yang disusun oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Maluku Utara mencakup dua aspek utama:
1. Perencanaan Tenaga Kerja Makro, meliputi 10 kabupaten/kota di Maluku Utara.
2. Perencanaan Tenaga Kerja Mikro, dengan melibatkan perusahaan-perusahaan di setiap kabupaten/kota untuk menyusun strategi pengembangan berbasis kebutuhan lokal.
Menurut Marwan, dokumen perencanaan ini dirancang untuk memastikan bahwa setiap program pelatihan dapat memberikan dampak langsung pada peningkatan kompetensi tenaga kerja, sehingga kebutuhan industri dan pasar kerja dapat terpenuhi secara optimal.
Peningkatan Keterampilan: Target dan Realisasi
Selama periode 2020-2024, Disnakertrans telah melaksanakan berbagai program pelatihan berbasis kompetensi dengan total peserta mencapai 2.770 orang hingga saat ini. Meski angka ini masih di bawah target RPJMD sebesar 3.000 orang, Marwan menekankan bahwa capaian ini menunjukkan langkah signifikan dalam menyiapkan tenaga kerja yang siap bersaing.
Jenis pelatihan yang diberikan meliputi:
Pelatihan Kerja: Operator alat berat, dump truck, komputer, dan kelistrikan.
Pelatihan Kewirausahaan: Tata boga, tata rias, menjahit, agribisnis, dan perikanan air tawar.
Selain itu, peningkatan sarana pelatihan juga menjadi prioritas, seperti bantuan ekskavator, mesin jahit, komputer, dan peralatan kecantikan bagi lembaga pelatihan kerja swasta (LPKS).
Tantangan SDM Lokal di Era Hilirisasi Tambang
Hilirisasi nikel menjadi salah satu isu strategis yang diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru di sektor pertambangan. Namun, Marwan mengungkapkan bahwa SDM lokal masih belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan perusahaan. “Perlu langkah konkret untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan industri,” tegasnya.
Saat ini, Maluku Utara memiliki 2 balai latihan kerja (BLK), 4 politeknik, 126 SMK, 10 BLK komunitas, dan 39 LPKS. Namun, hanya 12 LPKS yang telah terakreditasi. Hal ini menunjukkan masih banyak ruang untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan dan pelatihan di provinsi ini.
Menjawab Tantangan Era Digitalisasi
Tantangan lainnya adalah kesiapan SDM menghadapi era digitalisasi. Tingkat pengangguran pemuda terdidik masih tinggi, sementara kebutuhan akan tenaga kerja dengan keahlian spesifik terus meningkat. “Kita perlu mempercepat transformasi keterampilan melalui program upskilling dan reskilling yang terintegrasi,” ungkap Marwan.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, lembaga pelatihan, dan sektor swasta, seminar ini menjadi panggilan untuk aksi nyata. Seperti yang disampaikan oleh Rektor UMMU dalam pidatonya, “Masa depan tenaga kerja Maluku Utara ada di tangan kita. Mari bersama membangun kompetensi yang relevan dengan kebutuhan zaman.”
Kesimpulan
Seminar ini menggarisbawahi pentingnya sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan pelaku industri untuk menciptakan ekosistem tenaga kerja yang produktif dan kompetitif. Dengan strategi yang tepat, Maluku Utara memiliki potensi besar untuk menjawab tantangan sekaligus memanfaatkan peluang di era globalisasi dan industrialisasi.(Red)