AKSESNEWS.COM, TERNATE – Maluku Utara saat ini menghadapi ancaman serius dari tiga penyakit mematikan, yaitu AIDS, Tuberkulosis (TBC), dan malaria.
Jumlah kasus penyakit ini meningkat tajam, sehingga diperlukan dukungan dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan stakeholder terkait untuk menekan angka penderitanya.
Hal ini disampaikan Asistet II bidang Ekonomi dan Administrasi Pembangunan, Ir. Sri Haryanti Hatari, saat membacakan sambutan Gubernur Malut, Sherly Tjoanda, pada acara pembukaan Workshop Petunjuk Teknis Integrasi AISD, Tuberkulosis dan Malaria (ATM) tingkat Provinsi Malut di aula rapat Batik Hotel Ternate, Selasa (15/4/25).
Kita sadari bahwa AIDS, Tuberkulosis dan Malaria masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat baik ditingkat nasional maupun global. Penyakit seperti ini tidak hanya menyebabkan penderitaan fisik, tetapi juga berdampak pada ekonomi, sosial dan produktivitas masyarakat. Oleh karena itu, penanggulangan ATM harus menjadi prioritas utama bagi semua.
“Setiap tahun tercatat kurang lebih 2,5 juta orang terinfeksi HIV, 8 juta orang tertular Tuberculosis dan antara 300 sampai 500 juta orang yang jatuh sakit karena Malaria. Untuk Provinsi Maluku Utara, jumlah kasus ATM selama 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan. Jumlah kasus baru HIV/AIDS tahun 2024 sebanyak 670 kasus, jumlah kasus baru Tuberkulosis sebanyak 4.020 kasus dan penyakit Malaria sebanyak 123 kasus,” ungkapnya.
Dari kondisi di atas, maka diperlukan upaya strategis dalam pencegahan dan pengendalian ATM. Sehingga target eliminasi pada tahun 2030 dapat tercapai. Penanganan dan penyelesaian kasus ATM harus diawali pada komitmen dan kolaborasi peran pemerintah mulai dari tingkat Pusat sampai ke daerah, dengan demikian program pencegahan dan pengendalian ATM menjadi lebih efektif melalui kebijakan politik dengan mengembangkan pola kerja integratif dan kolaboratif dengan melibatkan berbagai stakeholder secara aktif.
Program ATM ini bukan hanya tentang intervensi teknis, tapi juga membangun harapan, karena dibalik setiap angka kasus, ada manusia dewasa dan anak-anak yang ingin tumbuh sehat, ada orang tua yang ingin sembuh dari sakit serta ada harapan hidup bagi semua orang.
Maka dari itu, dirinya mengajak semua pihak, baik pemerintah daerah kabupaten/kota se Malut, stakeholder, komunitas pecinta dan peduli kesehatan serta masyarakat luas, untuk mendukung dan melaksanakan kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit ATM, sehingga masyarakat Malut dapat hidup sehat dan lebih baik lagi.
“Saya optimis, dengan kerja sama dan komitmen yang kuat, kita dapat wujudkan masyarakat Maluku Utara bebas dari penyakit ATM. Untuk itu saya mengajak kepada semua, mari kita bersama-sama wujudkan masa depan Malut yang lebih sehat dan sejahtera bagi generasi mendatang,” tutupnya.
Sementara itu laporan Ketua Adinkes Malut, dr. Fathiya Suma, mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah tersosialisasi Permendagri No. 90 tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur perencanaan pembangunan dan keuangan daerah, dan pemutakhirannya Kepmendagri No. 900.1.15.5.3406 tahun 2004, Permendagri No.36 tahun 2017, Permendagri No. 10 tahun 2024 tentang penyusunan RKPD dan Permendagri No. 15 tahun 2024 tentang penyusunan APBD.
Serta draf final RKPD, Renja, RKA tahun 2026 terkait PP ATM, dan juga terbangunnya komitmen para pemangku kepentingan dalam upaya pencegahan penanggulangan ATM dengan memasukan ATM dalam dokumen perencanaan dan pembangunan daerah.
Hadir dalam acara itu, Asisten II Setda Malut, perwakilan Adinkes Pusat, dr. Ferdinand Laihad, Ketua Adinkes Malut, dr. Fathiyah Suma, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Malut, Muhamad Isa Tauda, serta para peserta workshop dan undangan lainnya. (at/rls)