Harita Grup Olah Sisa Hasil Produksi Tambang Jadi bahan Konstruksi di Pulau Obi 

Maluku Utara450 views

AKSESNEWS.COM, JAKARTA – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel berkomitmen melakukan penanganan dampak terhadap lingkungan dari bisnis tambang yang dijalankan.

Direktur Utama Harita Nickel Roy Arman Arfandy mengatakan, bukan hanya sekedar berfokus pada penanganan emisi karbon, pihaknya juga meminimalisir sisa hasil produksi.

Menurutnya, saat ini pihaknya sudah berhasil mengolah nickel slag menjadi bahan bangunan. Pihaknya menggunakan nickel slag sebagai bahan untuk membuat batako, paving block, hingga gorong-gorong untuk pembangunan konstruksi yang berlokasi di Pulau Obi.

“Jadi di sini kita lihat ini bisa menjadi batako atau gorong-gorong yang kami pakai. Dan kami melakukan pengecoran jalanan, karena kan daerah kami itu kan sangat aktif truck bolak-balik. Daripada nanti berlumpur kita banyak cor-coran, mumpung nickel slagnya banyak outputnya, limbahnya,” ucapnya dikutip dari CNBC Indonesia ditulis Rabu (24/7/2024).

Tercatat ada 40-an hektare atau sekitar 40.000 meter persegi jalanan yang sudah diperbaiki menggunakan sisa hasil produksi. Perseroan juga memanfaatkan nickel slag untuk membuat artificial coral reef.

“Nah ini menjadi satu tempat terumbu karang bertumbuh di dasar laut. Ini untuk menjaga ekosistem di laut juga,” imbuhnya.

Bahkan untuk mencegah polusi udara, perseroan merupakan salah satu perusahaan yang membangun coal dome di pulau Obi. Jadi batubara untuk membangkit listrik di kawasan itu disimpan dalam coal dome.

“Jadi kalau ada angin apa nanti debu batubara itu enggak terbang keluar, Pak. Kami masukkan semua ke dalam coal dome dan itu Bapak bisa bayangkan, saya nggak hafal itu berapa besar lapangan bola yang bisa masuk itu, karena panjang coal dome kami itu 600 meter kali lebar 140 meter. Itu kurang lebih bisa nampung 300.000 ton batubara untuk kebutuhan pembangkit listrik kami. Jadi itu banyak hal yang kami lakukan, termasuk revegetasi,” ungkapnya.

Harita Nickel juga memiliki pembibitan untuk revegetasi di kawasan tersebut dengan kapasitas produksi bibit sampai 470.000 bibit per tahun. “Kami sudah melakukan reklamasi juga. Lebih dari 200 hektare untuk penanaman kembali,” tutupnya. (At)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *