AKSESNEWS.COM, TIDORE – Upaya meminimalisir sampah di Kota Tidore Kepulauan, Fakultas Pertanian dan Kehutanan (Fapertahut) Universitas Nuku, ikut ambil bagian dengan membentuk Bank Sampah di internal Fakultas.
Tujuan dari pembentukan Bank Sampah ini, untuk dapat membantu Pemerintah Kota Tidore, dalam menangani masalah persampahan.
“Saat ini kami sudah punya Bank Sampah namanya Gertak alias Gerakan bersih Teratur Agribisnis dan Kehutanan,” ungkap Dekan Fapertahut Universitas Nuku, Dr. Nur Azizah HS, SP, M.Si. Selasa, (13/8/24).
Ia melanjutkan, pembentukan Bank Sampah ini, didasari adanya kerjasama antara Fapertahut dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tidore. Pasalnya, di era saat ini kecenderungan sampah semakin banyak jumlahnya akibat tidak ada pengelolaan sampah yang baik dan benar. Untuk itu perlu dilakukan gerakan serentak dalam mengelola sampah.
“Sampah ini juga ada kaitan erat dengan bidang Pertanian dan Kehutanan, karena selain membutuhkan lingkungan yang bersih juga dapat diolah menjadi pupuk,” jelasnya.
Nur Azizah menambahkan, sebagai langkah awal, pihaknya masih fokus dalam pengelolaan sampah berupa kertas dan plastik, karena sampah tersebut jika dibuang sembarangan, maka sangat berperanguh terhadap kerusakan lingkungan maupun unsur hara yang ada di dalam tanah.
“Untuk jangka panjangnya kami targetkan sampai pada pengelolaan pupuk organik sebagai bahan pertanian,” tambahhya.
Bagi masyarakat yang punya sampah berupa kertas dan plastik bisa menghubungi Manager Bank Sampah Gertak atas nama Yuliana Sadek dengan nomor handphone 0821-9690-3311.
Senada disampaikan Kepala Bidang Pengelolaan Sampah Limbah B3 dan peningkatan kapasitas lingkungan hidup pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Tidore, Faradilah S. Tosofu.
Menurutnya, pembentukan Bank Sampah ini bertujuan untuk meningkatkan pengurangan sampah melalui tiga cara, yakni pembatasan timbulam sampah, pemanfaatan sampah dan daur ulang.
“Bank Sampah milik Fapertahut ini, nantinya akan dibina untuk mereka bisa mencari nasabah sendiri, jadi mereka tidak hanya bersifat mediator,” jelasnya.
Untuk sistem pengelolaan Bank Sampah, kata Faradila, nantinya akan dikumpulkan oleh Bank Sampah yang telah dibentuk oleh Fapertahut guna dijual ke Bank Sampah induk yang ada di Dinas Lingkungan Hidup.
“Bank Sampah ini jika dikelola dengan baik maka akan bernilai ekonomis, sehingga bisa membantu mereka dalam penyediaan modal dan lain sebagainya. Karena Bank Sampah ini juga bisa dijadikan Badan Usaha,” tuturnya.
Olehnya itu ia berharap, selain sampah anonorganik yang dikelola oleh Fapertahut seperti kertas dan plastik, kedepannya Fapertahut juga bisa fokus pada pemanfaatan sampah organik untuk dijadikan kompos guna dijual agar terjadinya perputaran uang dilingkup Fapertahut itu sendiri.
“Istilah dalam bahasa Tidore itu “eno dadi pipi” yang artinya sampah bisa dijadikan uang. Semoga dengan terbentuknya Bank Sampah Gertak ini, bisa eksis untuk pengurangan sampah terutama di Fapertahut itu sendiri, dan para mahasiswa di Universitas Nuku bisa dijadikan Nasabah, sehingga ketika mereka kembali ke rumah bisa dikembangkan di lingkungan mereka masing-masing,” tandasnya.(*)