Khutbah Salat Idul Adha 1444 H, Ini pesan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragam Halmahera Tengah


AKSESNEWS.COM, WEDA – Sujud keharibaan Allah Azizzul Karim, Dzat perkasa Yang Maha Agung, Penguasa dan pencipta jagad raya, yang Ilmu-Nya meliputi langit dan bumi, tunduk kepadanya semua yang di langit dan di bumi, dan tidak akan terjadi peristiwa sekecil apapun di langit dan di bumi melainkan dengan seizin-Nya. Tuhan Semesta Alam, Robbul Jalil, hanya Dialah Tuhan yang patut disembah dan dimintai pertolongan, sekalian puji adalah milik-Nya, Dialah yang awal dan Dialah yang akhir, Dzat Yang Maha Suci dan Maha Besar, Allahu akbar.

Sholawat dan salam tersampaikan pada Rasulullah Muhammad serta keluarga dan sahabat beliau, juga sholawat dan salam disampaikan kepada seluruh orang-orang sholeh yang di langit dan di bumi, diantara para Rasul dan para Nabi serta para Wali Allah, orang-orang Alim dan para Syuhada’.

Demikian awal khutbah yang dibacakan oleh Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Halmahera Tengah, Rusli B.M Dji Husin saat bertugas sebagai khatib salat idul adha 1444 hijriah di masjid Nurul Ihsan, Kamis, 29 Juni 2023.

Dalam khutbah tersebut, Rusli yang juga sebagai kepala SMP Negeri 1 Halmahera Tengah itu menyampaikan bahwa gemuruh takbir, tahmid dan tasbih sejak kemarin sore menggetarkan hati setiap jiwa yang beriman dan takut kepada Allah SWT. Seluruh kaum Muslimin tanpa terkecuali, mulai anak-anak hingga orang tua, laki-laki maupun perempuan, yang sehat maupun yang sakit, baik sendiri-sendiri maupun berjamaah, baik berdiri, duduk ataupun tiduran, mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid.

Bahkan, tambahnya, bebatuan, tumbuhan dan seluruh alam raya mengumandangkan takbir untuk menghidupkan sunah Rasulullah SAW dengan mengagungkan dan mensucikan asma Allah SWT.
ُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ و للهِ الحَمْد

“Saudara-saudara kaum Muslimin yang berbahagia, kalimat takbir adalah lafadh yang sangat agung. Islam telah mengajarkan takbir kepada kita agar senantiasa mengagungkan asma Allah SWT. Saat adzan kita mengumandangkan takbir, saat iqamah kita melafalkan takbir, saat membuka shalat kita mengucapkan takbir, saat bayi lahir kita tiupkan kalimat takbir pada kedua telinganya, saat menyembelih hewan kita membaca takbir, bahkan saat di medan laga kita juga mengumendangkan suara takbir,” jelas alumni S2 di IAN Ternate ini.

Dijelaskan juga bahwa ketika kita membaca takbir Allahu Akbar, maka kita tanamkan keyakinan dalam hati bahwa hanya Allah yang memiliki keagungan dan kebesaran. Sungguh hanya Allah yang Maha Besar dan Maha Agung, sedangkan selain Allah adalah kecil dan lemah. Segala hal yang sering kita bangga-banggakan, berupa kekayaan harta, mobil mewah, rumah megah, kedudukan dan pangkat yang tinggi, semuanya adalah kecil dan tidak berarti apa-apa dihadapan Allah SWT.

“Betapa banyak orang kaya jatuh miskin mendadak, betapa banyak orang memiliki pangkat dan kedudukan diturunkan dari jabatannya dan menjadi orang biasa. Kedudukan akan hilang, kekayaan akan sirna dan kecantikan pun akan habis. Dan hanya Allah SWT yang tetap Maha Agung selamanya,” pungkasnya.

Namun demikian lafadz takbir yang mengandung kemuliaan dan kebesaran tersebut, mulai sering digunakan dan diucapakan dengan sembarangan. Kadang lafadh yang Agung tersebut diteriakan ketika demo anarkis, sambil merusak fasilitas umum, melempar batu dan dengan mengganggu orang-orang lain, bersamaan dengan itu mereka bertakbir.

Ada juga sesama muslim yang saling berhadapan karena masalah sepele kedua belah pihak saling bertengkar dan berteriak Allahu Akbar. Apakah pantas kebesaran lafadh takbir tersebut diucapkan bersamaan dengan mengganggu orang lain dan merusak.

Dan sesama muslim bertengkar degan mengucapkan Takbir? Tentu tidak. seharusnya kalimat Takbir tersebut di ucapkan agar kita semakin dekat dengan Allah SWT dan terhindar dari perbuatan yang tercelah
ُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ و للهِ الحَمْد

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT.
Di bulan Dzulhijjah ini, ada dua gambaran bagi umat Islam. Bagi yang dipanggil Allah ke Tanah Suci, mereka sibuk dengan rangkaian ritual ibadah haji, mulai wukuf di Arah, mabit di Muzdalifah, Mina hingga tawaf ifhadah. Dan bagi sudara kita, keluarga kita atau orang tua kita yang menunaikan ibadah haji, semoga mereka Kembali dengan membawa haji mabrur. Sedangkan umat Islam yang lain termasuk kita, kita sibuk dengan ibadah puasa arafah, sedekah dan perayaan Idul adha serta memotong kurban setelah ini.

Hari ini adalah hari yang sangat mulia. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim diceritakan; ketika Rasulullah berkhutbah id, tiba-tiba beliau bertanya, “Hai, bulan apa sekarang?” “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu?” jawab para sahabat. Nabi SAW diam beberapa saat sehingga para sahabat menduga-duga, jangan-jangan beliau akan menyebut nama yang bukan nama sebenarnya. “Tidakkah ini bulan Dzulhijjah?” tanya beliau memecah kesunyian.” “Ya,” jawab sahabat.
“Negeri apa ini?” beliau bertanya lagi. “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu?” jawab sahabat. Beliau diam sehingga para sahabat mengira beliau akan menyebut nama yang bukan nama sebenarnya dari negeri dimaksud. Ternyata tidak. “Bukankah ini negeri haram (mulia)?” kata beliau. “Ya,” jawab sahabat.
“Hari apakah ini?” beliau bertanya untuk ketiga kali.

“Allah dan Rasul-Nya lebih tahu?” para sahabat menjawab. Lagi-lagi beliau diam agak lama. Lagi-lagi para sahabat menyangka beliau memelesetkan nama hari itu. Tetapi tidak. “Tidakkah ini hari penyembelihan (kurban)?” tandas beliau. “Ya,” jawab para sahabat. Beliau bersabda, “Sungguh darah, harta dan kehormatan kalian adalah barang terlarang (untuk dilanggar) bagi kalian sebagaimana terlarangnya (baca: mulianya) hari kalian ini, di negeri kalian ini dan di bulan kalian ini. Sungguh kalian bakal menghadap pada Tuhan kalian, lalu Dia akan menanyai kalian mengenai amal perbuatan kalian.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Idul Adha benar-benar hari yang besar. Ini bukan hari biasa, seperti hari-hari lainnya. Coba rasakan kebesarannya, kewibawaannya, kemuliaannya, demikian kira-kira Nabi SAW menganjurkan pada kita.
ُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ و للهِ الحَمْد
Hadirin…
Kebesaran hari itu mestinya membawa dampak pada perilaku kita. Merasakan kebesarannya mendorong kita tertunduk malu di hadapan Allah atas pelanggaran-pelanggaran yang kita lakukan selama ini.

Tetapi sekarang, tampaknya, kebesaran dan kemuliaan hari idul adha, hari berkurban, seolah tak berbekas di hati kita. Kita semakin tidak merasakan kebesarannya. Mungkin kita melakukan ritual rutin pada hari itu: dengan melakukan shalat Idul Adha dan berkurban. Namun selebihnya, kita tidak merasakan apa-apa. Yang melanggar larangan tetap saja melanggar larangan. Yang mengabaikan perintah tetap saja tak peduli dengan perintah Allah.

Yang selama ini biasa mengambil hak milik orang lain secara tidak sah (entah dengan mencuri, menipu, korupsi dan semacamnya) tetap saja melakukan hal itu meski telah melewati hari nan besar itu. Yang biasa menindas orang lain, melecehkan kehormatan orang lain, menipu, menggadaikan hak milik orang lain, tetap saja melanjutkan kebiasaan-kebiasanya, meski telah melewati hari nan besar ini.
Idul Adha menjadi hambar artinya tidak ada rasanya; ,kurang bergairah bagi kita. Idul Adha menjadi tak banyak berarti bagi kita. Yang mencaci tetap mencaci karena merasa lebih hebat dan lebih baik dan Memutuskan silahturahmi. Padahal Allah yang lebih segalanya. Apalagi menjelang pemilu, yang akan kita hadapi, semakin ramai cacian, makian dan hinaan antar sesama Muslim, hanya karena beda pilihan.

Padahal Rasul mengingatkan bahwa sesama Muslim adalah mulia. Kenapa justru kita sendiri yang saling caci dan menghujat bahkan putusnya tali silaturahmi di antara kita ? begitu juga dengan menipu dan bahkan merampas hak milik orang lain .
ُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ و للهِ الحَمْد
Saudara-saudara kaum Muslimin yang berbahagia.

Ibadah kurban merupakan ibadah yang diperintahkan Allah sejak jaman Nabi Adam AS. Bahkan setiap Nabi yang diutus Allah SWT memiliki perintah kurban. Ibadah kurban yang diikuti Nabi Muhammad SAW tidak terlepas dari peristiwa historis Nabi Ibrahim As. Rasulullah SAW. Suatu saat ditanya oleh sahabatnya mengenai apa udlhiyah (penyembelihan kurban) itu? Beliau menegaskan:
هذه سنّة أبيكم إبراهيم
(ini adalah sunnah bapakmu, Nabi Ibrahim As).

Nabi Ibrahim As hidup pada abad 18 SM. Masa persimpangan jalan pikiran umat manusia tentang kurban-kurban manusia yang dipersembahkan kepada dewa-dewa atau tuhan-tuhan mereka, sementara perintah Allah SWT. kepada Nabiyullah Ibrahim As untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail lantaran diilhami dari suatu ru’yah (mimpi) sebagaimana dikisahkan dalam Al-Quran (As-Shaaffat: 102):
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkan apa pendapatmu!” Ia (Ismail) menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insyaallah Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar”.
ُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ و للهِ الحَمْد
Hadirin….
Setiap individu yang mengaku beriman pasti akan diuji oleh Allah SWT. Sebagai bapak akan diuji, sebagai Ibu dan istri akan diuji dan juga sebagai anak juga akan diuji. Ujian tersebut untuk membuktikan kebenaran iman kepada Allah SWT.

Para mufassir menyatakan, perintah Allah SWT kepada Ibrahim agar menyembelih putranya sendiri hendak menyampaikan pesan kepada kita, bahwa betapapun besarnya cinta seseorang kepada anak atau apapun yang dimiliki, bukanlah sesuatu yang berarti bila Allah menghendakinya. Ridlo dan mahabbah Allahlah yang sejatinya yang paling berarti dalam hidup ini.
Disebutkan juga dalam akhir kisah tersebut, Allah SWT memberikan pengganti seekor domba besar atas keberhasilan Ibrahim dan Ismail dalam melaksanakan perintah dan ujian yang amat berat itu, seperti diungkap Al-Quran (As-Shaaffat: 107):
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”.
Selain sebagai bukti keimanan kepada Allah SWT dengan mengorbankan apapun jika memang diperintahkan, maka peristiwa Nabi Ibrahim AS, juga mengandung ‘ibrah (pelajaran) bahwa Allah SWT menjunjung tinggi harkat, martabat dan jiwa manusia, sehingga sama sekali tidak memperkenankan manusia dijadikan kurban penyembelihan atau pembantaian serta sebagai tumbal apapun yang pada akhirnya mengakibatkan pertumpahan darah atau melayangnya nyawa manusia.
Karena itu, Islam tidak pernah mentolerir terjadinya kekerasan, kebrutalan, dan penindasan dalam bentuk apapun yang mengakibatkan pertumpahan darah dan penderitaan umat manusia. Ia dengan tegas mengharamkan dan mengutuk perbuatan bunuh diri, membunuh sesama atau membuat kerusakan apapun di muka bumi ini. Intinya kejahatan kemanusiaan maupun kejahatan lingkungan secara tegas dilarang Al-Qur’an.

Dengan menangkap pesan dan ‘ibrah dari peristiwa besar yang tidak ada duanya dan tidak akan terulang kedua kalinya dalam sejarah umat manusia itu, dapat disinyalir bahwa Muslim sejati adalah yang memiliki kecintaan dan kepatuhan mutlak kepada Allah SWT melebihi kecintaannya kepada siapapun dan apapun. Perjuangan Nabi Ibrahim As dan putranya, Nabi Ismail As hendaknya juga dapat dijadikan sarana introspeksi diri atas ketaatan kita, untuk selanjutnya ritualitas kurban diharapkan mampu membentuk karakter kepribadian kita sebagai manusia yang peka terhadap lingkungan dan masyarakat sekeliling kita, sebagai manusia yang gemar berkorban dan mengulurkan tangan kepada mereka yang lemah dan yang tertindas. Yang membutuhkan .
ُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ و للهِ الحَمْد
Saudara-saudara kaum Muslimin yang dimuliakan Allah.

Yang perlu kita perhatikan dalam Ibadah Kurban adalah makna kurban yang mengandung nilai pengorbanan. Kurban, yang kita niatkan untuk Allah dan hanya ingin mendapatkan ridha Allah bukan hanya memotong kambing atau sapi pada hari raya Idul Adha saja. Ajaran mengorbankan kambing atau sapi dan dagingnya untuk dibagikan kepada orang miskin hanyalah sarana latihan dan pengingat saja. Pengorbanan jiwa, raga dan harta harus dilakukan setiap saat, untuk membuktikan derajat keimanan dan ketaqwaan kita.
Di sinilah saat pengujian keimanan kita, seberapa besar ketaqwaan dan keimanan kita kepada Allah SWA.

Saat ini adalah waktu yang tepat untuk berkorban dengan segala yang kita miliki demi kebahagiaan mereka yang berhak mendapatkan. Bukan hanya kambing atau sapi saja yang harus dikurbankan, namun juga kekayaan lainnya, baik uang, makanan, pakaian bahkan tenaga kita harus juga kita kurbankan demi mencapai keimanan dan ketaqwaan yang sempurna.
Kita harus menata kembali keimanan, membina negeri ini, umat dan bangsa. Kita harus bersatu dan berdamai dengan sesama saudara kita. Bagai mana Kita bisa membangun negeri ini kalau masih ada perpecahan dan permusuhan, saling membenci dan mencaci bahkan memutuskan tali silaturahmi diantara kita Umat islam.

Maka dengan momentum Idul Adha ini, mari kita menata Kembali hubungan persaudaraan diantara kita umat islam jagan ada lagi dendam diantara kita, jagan ada lagi caci maki diantara kita, jangan ada lagi fitnah diantara kita, jangan ada lagi menipu diantara kita, jangan ada lagi merampas hak milik orang lain diantara kita, jangan ada lagi saling memutuskan silaturahmi di antara kita. Mari kita saling berjabat tangan, kalau Nabi Bersabda mereka yang Bersama dalam ikatan kasih sayang karena Allah akan dilindungi, kenapa kita tidak berkasih sayang karena Allah SWT, bertemu dan berpisah karena-Nya.
ُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ و للهِ الحَمْد
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Tepatlah apabila perayaan Idul Adha digunakan untuk menggugah semangat kita untuk terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dan semangat berkorban juga bisa dijadikan sebagi semagat untuk perbaikan perbaikan aspek-aspek kehidupan di negeri fagogoru, yang saat ini sedang terus berproses dalam kemajuan.
Tentu Kita tidak mengininkan negeri ini dirundung kesusahan, Krisis moral , beban ekonomi masyarakat yang semakin berat, kulitas pendidikan dan ,pelayanan Kesehatan yg menurun, narkoba, minuman keras merajalela dan kenakalan remaja.

Apakah ini yang kita inginkan ?.
Dalam kondisi seperti ini sebenarnya kita banyak berharap dan mendoakan mudah-mudahan para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya, tapi untuk kepentingan bangsa dan negara, dan yang lebih khusu negeri fagogoru ini . Pengorbanan untuk kepentingan orang banyak tidaklah mudah, berjuang dalam rangka mensejahterahkan umat memang memerlukan keterlibatan semua pihak. Semoga kita semua mampu menjadi orang yang beriman dan bertakwa yang sanggup berkorban demi kemajuan bersama.

Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara serta negeri ini, amiin ya robbal alamin.

Akhirnya, semoga ibadah kurban kita diterima Allah SWT, dikuatkan iman kita, dan dinaikan kedudukan sebagai orang yang bertaqwa, semoga Allah senantiasa menjaga kita semua, anak-anak kita, keluarga kita, saudara-saudara kita, tetangga-tetangga kita dari musibah dan bencana dan semoga kita semua diberi rezeki yang membawa berkah untuk beribadah kepada Allah SWT. (HMS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *