24 TAHUN MALUKU UTARA Perempuan Dalam Pembangunan

Opini77 views

Oleh : Rusdi Arfah, ASN DP3A Provinsi Malut / Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Ternate.

PEREMPUAN merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang sering diremehkan karena dianggap lemah jika dibandingkan dengan laki-laki. Anggapan tersebut dapat dibenarkan jika hanya dilihat dari sisi fisiknya saja. Akan tetapi dari sisi kemampuan intelektual dan menejemen, perempuan tidaklah kalah dengan laki-laki bahkan dapat bersaing dengan laki-laki. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya kaum perempuan yang ikut dalam kanca politik, menduduki jabatan strategis di perusahaan, Organisasi masyarakat sampai jabatan pemerintahan.

Posisi puncak kepemimpinan di Indonesia yaitu Presiden pernah di jabat oleh perempuan yaitu Megawati Soekarno Putri. Bahkan pada saat ini Ketua DPR-RI dipimpin oleh seorang perempuan yaitu, Puan Maharani. (Kepemimipinan Perempuan dalam perspektif Islam).

Maluku Utara merupakan salah satu provinsi bagian timur di Indonesia dengan jumlah penduduk 1.319.338 Jiwa, Laki-laki 675.131 Jiwa, sementara Perempuan 664.207 jiwa Total Perempuan dan Anak 65,2% (Sumber: Sensus Penduduk Indonesia, 2022) seiring dengan waktu yang berjalan Maluku Utara yang secara resmi berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 Berdasarkan Undang-Undang RI No 46 Tahun 1999 atau sudah memasuki usia 24 tahun sebagai provinsi. Kementerian Dalam Negeri menunjuk Surasmin sebagai penjabat gubernur dan setelahnya digantikan oleh Muhyi Effendie pada tahun 2000. Lalu, pergantian kepemimpinan kembali dilakukan setelah pemerintah pusat mengangkat Sinyo Harry Sarundajang menjadi penjabat gubernur hingga gubernur defintif dilantik di akhir 2002. Thaib Armaiyn menjadi gubernur definitif pertama yang terpilih melalui pemilihan di DPRD Provinsi Maluku Utara, sekaligus gubernur pertama Maluku Utara yang terpilih melalui pemilihan umum secara langsung dan periode berikutnya di pimpin oleh KH. Gani Kasuba sampai dengan sekarang. (Biro Adpim Setda Malut).

Berbicara tentang perempuan, tentunya kita tidak akan bisa melepaskan diri dari pasangan jenisnya yakni laki-laki. Beberapa konsep yang mengatur hubungaan antara dua jenis kelamin ini salah satunya adalah teori nature dan teori nurture. Teori nature yang menyatakan bahwa secara biologis perempuan dan laki laki memiliki perbedaan sejak lahir, dimana perbedaan ini merupakan kodrat dan tidak dapat ditukarkan satu sama lain, misalnya perempuan yang datang bulan, maka tidak wajar jika ditukarkan kepada laki-laki. Teori nurture yang menyatakan bahwa perbedaan peran dalam masyarakat antara kedua jenis kelamin ini disebabkan oleh perbedaan biologis, dan juga dari kultural masyarakat yang lebih menyatakan bahwa laki-laki lebih pantas sederajat lebih tinggi dari perempuan dalam sebuah roda kehidupan (Fitriyani, 2014).

Beberapa hasil diskusi kami tentang Perempuan dengan pakar gender yang bertajuk  Ketika Laki-Laki Bicara Kesetaraan Gender yang di fasilitasi Kementrian PPPA, diantaranya disampaikan oleh Kepala Dinas PPPA Provinsi Sulawesi Tengah (Bpk. Ihsan Basir) Bahwa berbicara gender bukan hanya berbicara tentang perempuan, tetapi berbicara tentang fungsi, peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan, lain halnya dengan Nur Hasyim (Co-Founder Aliansi Laki-Laki Baru) “Perempuan mulailah belajar untuk berbicara dan laki-laki mulailah belajar untuk mendengar” karena selama ini ruang untuk laki-laki terlalu banyak saatnya memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berbicara, berkarya, bertindak tanpa harus meninggalkan kodratnya sebagai seorang perempuan. sementara menurut pakar gender lainnya Nani Zulmirnani (Pendiri PEKKA dan Regional Leader ASHOKA South East Asia) bahwa gender itu bukan persoalan perempuan, tapi persoalan manusia, maka manusiakanlah manusia karena disitu ada persoalan stunting, disabilitas, lansia dll. maka ketika bicara kesetaraan gender tidak terlepas dari ketidakadilan gender itu sendiri seperti marginalisasi, subordinasi, stereotype, kekerasan dan beban ganda.

Perempuan Dalam Pembangunan
Ada dua perbedaan kehidupan sosial yang nyata bagi laki-laki dan perempuan, lingkungan masyarakat sebagai tempat pertama bagi laki-laki, dan perempuanlah yang akrab dengan lingkungan rumah tangga hubungan diantara keduanya adalah tidak langsung. Penafsiran yang diberikan kepada biologis perempuan menyebabkan kerugian mereka pada semua tingkat masyarakat bukan keadaan biologis mereka sendiri. Perempuan di manapun umumnya kurang dikenal dan kurang berwenang dalam adat. Penafsiran inilah yang mengikat mereka untuk hanya mengasuh anak-anak dan tetap dalam lingkungan rumah tangga. Adapun yang menyebabkan perempuan kurang berpartisipasi dalam arena politik, yaitu:

Secara kultural dan diperkuat oleh interpretasi agama perempuan berada di posisi subordinat terhadap laki-laki, masih dianggap sebagai mahluk yang berada di bawah kepemimpinan laki-laki, sehingga dalam pengambilan keputusan, berkaitan dengan kehidupan sosial, politik ekonomi maupun kehidupan pribadi itu sendiri umumnya perempuan tidak memiliki hak suara apalagi hak untuk mengambil dan menjalankan keputusan.

Akses perempuan terhadap ekonomi dan informasi sangat kecil.
sejak dihancurkannya gerakan perempuan di masa orde baru, kemudian segera disusul dengan doktrin pencitraan perempuan yang dipaksakan.
Rasa percaya diri yang kurang (Tjokrominoto, 1996).

Dalam hal ini laki-laki di anggap mampu menjaga jarak dari lingkungan kehidupan rumah tangga sebagai akibatnya mereka tidak memerlukan komitmen pribadi terhadap orang lain sebagaimana yang diperlukan oleh ibu-ibu atau perempuan. Laki laki lebih dihubungkan dengan wewenang abstrak dan dengan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Keterpisahan laki-laki dari lingkungan rumah tangga membuat mereka lebih cocok dalam keterlibatan ritual di ruang publik. Dengan demikian ini akan menyebabkan keterlibatan laki-laki dalam kehidupan politik dan keagamaan mendapat legitimasi melebihi perempuan yang difokuskan pada kehidupan rumah tangga. Perempuan memiliki kekuatan yang lebih sedikit dibanding laki-laki dalam masyarakat. Ketidakseimbangan antara jenis kelamin adalah lebih besar dalam masyarakat dibanding faktor lain, dan perempuan bisa menjadi lebih dekat persamaan jika laki-laki lebih terlibat dalam kehidupan rumah tangga.

Tjokroaminoto menekankan bahwa penyebab rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan dan cenderung menempati posisi terbelakang adalah sebagai berikut:
Adanya dikotomi maskulin/feminin peranan manusia sebagai akibat dari determinasi biologis seringkali mengakibatkan proses marginalisasi Perempuan.

Adanya dikotomi peran publik/ peran domestik yang berakar dari sindroma bahwa “peran perempuan adalah di rumah” pada gilirannya melestarikan pembagian antara fungsi produktif dan fungsi reproduktif antara laki-laki dan Perempuan.

Beban ganda yang melestarikan wawasan bahwa tugas perempuan terutama adalah di rumah sebagai ibu rumah tangga, cenderung mengalami proses aktualisasi potensi perempuan secara utuh.

Adanya subordinasi dan peran marginal perempuan telah melestarikan wawasan bahwa peran dan fungsi perempuan dalam masyarakat adalah bersifat sekunder (Tjokroaminoto, 1996).
Selanjutnya Andi Rasdiana mengemukakan bahwa masih kuatnya pandangan-pandangan bahwa perempuan lebih cocok dengan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dibanding laki-laki, atau pandangan bahwa perempuan lebih menggunakan perasaannya dari pada rasional, sehingga perempuan tidak cocok dengan bidang-bidang pekerjaan yang keras dan rasional termasuk bidang politik yang dianggap hanya cocok dengan laki-laki. Ini merupakan gambaran mengenai adanya diskriminasi klasik terhadap perempuan (Andi Rasdiana, 1999).

Potensi dasar yang dimiliki oleh perempuan sebagai makhluk religius, individu, sosial dan budaya sebenarnya tidak berbeda dengan laki-laki. Berbagai hasil penelitian tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan tentang kemampuan dasar potensial dari kedua jenis (laki-laki dan perempuan) tersebut. Bahkan pada beberapa penelitian, tanpak bahwa perempuan memiliki beberapa kelebihan khas, antara lain perempuan lebih mampu untuk berperan ganda, di samping mengembang kodratnya sebagai ibu yang mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkan anak dengan kasih sayang, perempuan memiliki potensi dasar untuk lebih tahan uji, rela berkorban, tahan menderita, ulet dan sabar dibanding laki-laki.

Dalam usia 24 tahun Maluku Utara peran Perempuan dalam Pembangunan sangat berpengaruh dalam hal ini Visi dan Misi Gubernur Maluku Utara yang merupakan rumusan kondisi yang menggambarkan tercapainya tujuan (impact), yaitu berupa pencapaian hasil (outcome) dari pelaksanaan program dan keluaran (output) kegiatan-kegiatan perangkat daerah, dan juga menjadi tolak ukur meningkatnya IPM, IPG dan IDG Maluku Utara, salah satu OPD yang di pimpin oleh Perempuan adalah Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) di nahkadoi beberapa perempuan-perempuan hebat dan tangguh seperti Hj. Masni BSA 2008-2014, Salmun Saha 2014-2016, Hj. Masni BSA 2016-2019 dan Hj.Musrifah Alhadar 2019 sampai dengan sekarang bukan sekedar sebagai pendukung laki-laki, mereka kaum perempuan terlibat aktif di semua bidang pembangunan, baik di belakang, di tengah, bahkan di garda paling depan untuk terus berjuang sampai hari ini. Tenaga, waktu, pikiran, bahkan materi telah disumbangkan. Tidak ada kata menyerah dan lelah, para perempuan hebat ini terus berkorban bukan saja bagi diri pribadi, melainkan demi kepentingan keluarga, lingkungan, masyarakat, bahkan bangsa dan Negara.
Semoga kita dapat melanjutkan cita-cita pejuang kaum perempuan bangsa ini seperti R.A Kartini, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Dewi Sartika, Hajjah Rangkayo Rasuna Said, Nya Ageng Serang, Maria Walanda Maramis, Opu Daeng Siraju, Laksamana Malahayati, Martha Christina Tiahahu dll. Dalam menghilangkan Diskriminasi dan memperjuangkan kesetaraan gender dalam semua lini pembangunan. “Habis Gelap Terbitlah Terang”. (media semut 30 November 2022). Perempuan dan Laki-laki memang beda tapi bukan untuk dibeda-bedakan.

Perempuan Berdaya, Anak Terlindungi, Maluku Utara Sejahtera Indonesia Maju.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *