Antisipasi Kebutuhan Masyarakat, Pemprov Malut Lakukan Sinkronisasi Data Pangan

Ekonomi73 views

AKSESNEWS.COM, SOFIFI – Menjaga kondisi dan kestabilan pangan, Pemerintah Provinsi Maluku Utara (Pemprov Malut) melalui Dinas Pertanian Provinsi Malut, Dinas Pangan dan Disperindag melakukan rapat koordinasi satu data.

Rakor yang berlangsung di kantor Dinas Pertanian Provinsi Malut tersebut bertujuan untuk melakukan sinkronisasi data produksi, baik pada tanaman pangan, tanaman hortikultura, maupun tingkat ekspor dalam wilayah Malut maupun ke luar daerah.

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara, Muhtar Husen saat di konfirmasi diruang kerjanya, Senin (25/7/2022) kemarin.

“Kami hari ini melalui inisiatif Dinas Pertanian mengundang Dinas Pangan dan Disperindag melakukan rakor terkait dengan penyatuan data untuk angka tetap produksi pada tanaman pangan dan hortikultura, “kata Muhtar.

Menurut Muhtar, terkait dengan kegiatan produksi kita selalu update. Meski begitu, ia mengaku bahwa menyangkut dengan kebutuhan kita tidak bisa menghitung sendiri, karena itu harus ada keterlibatan Organisasi Perangkat Daerah yaitu, Dinas Pangan dan Disperindag.

Melalui rakor, kata Muhtar, kita mencoba untuk menyatukan data antara Dinas Pertanian yang berkaitan dengan tanaman hortikultura dan bahkan sampai perkebunan serta peternakan.

Sementara, untuk ketersediaan jumlah atau menghitung adalah tugas Dinas Pangan. Sebab, kami mempunyai tugas untuk memproduksi dan datanya nanti tetap kita siapkan.

Tak hanya itu, ini juga berkaitan dengan data-data import atau keluar masuk dari sisi produksi kita mengantisipasi ada beberapa daerah yang produksinya permintaan tinggi, salah satunya daerah tambang seperti di Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Utara, dan Kabupaten Halmahera Timur.

Lanjut Muhtar mengungkapkan, memang dari sisi produksi kita masih ketergantungan dengan daerah luar salah satunya Sulut, dan daerah lain seperti Jawa. Tetapi kita untuk tanaman pangan seperti holtikultura khususnya rica dan tomat kita berada pada angka produksinya sudah di atas 50 – 60 persen.

Ini cuman karena data yang kita dapat tidak terlalu valid dan akhirnya orang tahu bahwa semua bahan baku rica, tomat itu dari Sulawesi dan lain sebagainya, “beber Muhtar.

“Nah untuk sejauh ini, kita di Halmahera tengah, Halmahera Utara, Halmahera Timur ditambah pula Morotai produksi kita di anggap banyak dan tidak terlalu tergantung dengan daerah lain, terkhususnya holtikultura, katanya.

Olehnya itu, kami berharap bahwa seluruh kabupaten kota akan ada hal yang sama selain dari pada Halmahera Utara, pulau Morotai, Halmahera Selatan, Halmahera Timur yang sentra sentra produksinya meningkat akan kita dorong melalui kegiatan kegiatan provinsi tapi melalui kegiatan koordinasi.


Kepala Dinas Pangan Malut, Dheni Chan.

Sementara, Kepala Dinas Pangan Malut, Dheni Chan juga menjelaskan bahwa rakor yang baru saja dilakukan adalah untuk membahas ketersediaan stok pangan, tapi yang sementara dikonsentrasikan adalah konsolidasi data agar menjadi satu data yang betul-betul terupdate.

Lanjut Dheni, berkaitan dengan ketersediaan pangan di Malut itu ada dua, ada yang diproduksi sendiri di Malut, dan kemudian ada yang didatangkan dari luar Malut, “ujarnya.

Sementara, kalau yang diproduksi di Malut datanya ada di Dinas Pertanian, kemudian kalau dari luar Malut data tersebut didapat oleh petugas kita yang didapatkan dari distributor, pedagang. Dan Bahkan ini bukan hanya di Ternate melainkan juga di kabupaten kota, “terangnya.

Nah, data itu yang kita coba konsolidasi. “Memang selama ini yang kita tahu bahwa ada komoditi yang didatangkan dari luar Malut, tapi kan presentasinya belum dapat kita pastikan, “katanya.

Kalau misalnya ketersediaan itu didominasi dari luar daerah, maka nanti diupayakan supaya ada peningkatan produksi tanaman pangan maupun hortikultura.

Karena itu, kita akan lebih fokus lagi untuk konsolidasi data dan kemudian hasil dari rakor ini harus ada langkah-langkah selanjutnya.

Dari sisi pemanfaatan pangan ini, ketersediaan dan kebutuhan kemudian dihitung neracanya, kalau kebutuhan lebih besar daripada ketersediaan berarti minus, kalau yang tersedia lebih besar dari pada kebutuhan.

“Alhamdulillah sampai saat ini kita untuk pangan strategis ini ketersediaannya melebihi dari yang dibutuhkan sesuai dengan pantauan kita setiap hari, “pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *